Tak terkecuali di dunia logistik pengiriman barang berbasis truk. Selama ini kepercayaan menjadi salah satu kunci yang dipegang oleh oleh pengirim barang (shipper), calo atau makelar, pemilik armada (transporter), sopir (driver), dan juga penerima barang.
Ya, profesi calo dalam dunia pengiriman barang dengan truk masih mendominasi di Indonesia. Bermodalkan kenalan dan kepercayaan, sang calo dan supir bisa mendapatkan order muatan yang sama-sama dibutuhkan kedua pihak tersebut.
Namun, tak menjadi jaminan bahwa kepercayaan model seperti ini akan tetap berlangsung dengan baik.
Sebuah solusi yang ditawarkan Ritase, sebuah platform logistik berbasis digital yang dirancang untuk memudahkan pengelolaan dan perencanaan logistik perusahaan kini hadir di tengah-tengah Anda. Berbicara soal digitalisasi, butuh kesadaran dan kemauan yang kuat, serta teknologi yang mumpuni agar rantai pasokan ini bisa bekerja sama dengan baik, dan tentunya lebih menguntungkan.
Dengan metode digitalisasi logistik, membangun kepercayaan antara pengirim barang, sopir, dan penerima barang akan menjadi lebih mudah.
Sistem digitalisasi logistik ini dapat mempercepat proses informasi pergerakan material, informasi pelacakan armada, cash flow, dan informasi dokumen logistik yang hingga kini belum ada standarisasinya.
“ …kepercayaan dalam bisnis adalah suatu proses yang dibangun dari awal dan dibuktikan, serta harus tetap dijaga kontinuitasnya.
Dengan demikian akan mempermudah tugas sehari-hari mengelola muatan dan armada truk yang Anda perlukan. Ditambah lagi dengan dukungan dari control tower Ritase yang bekerja 24 jam, tujuh hari, untuk membantu Anda mendapatkan armada yang dibutuhkan, truk jenis apapun, dan pengiriman Anda berjalan mulus tanpa masalah.
Rasa aman dan nyaman, yang berujung kepada nilai trust menjadi hasil akhir dari proses tersebut.
Ada order, pasti ada pembayaran. Dengan kata lain, sistem yang ditawarkan Ritase mampu membangun nilai trust melalui sebuah proses digitalisasi yang dikembangkan Ritase. Dimana proses digitalisasi ini mampu menyederhanakan cara kerja yang dulunya rumit di Indonesia antara shipper, transporter, mitra driver dan juga penerima barang atau consignee.